Sabtu, 31 Desember 2011
Apalah arti sebuah nama
Ø Syarifah adalah gelar bagi orang orang alawiah yang ayah dan ibunya juga berasal dari golongan Alawiah.
Ø Camila itu diadopsi dari kamilah, artinya kesempurnaan.
Ø Bani Alawiah adalah sebuah keluarga keturunan Ali bin Abi thalib melalui Rahim Fatimah Azzahra dan dilanjutkan oleh Imam Hussain teruuus kebawah sampe ke kakek kakek gue yang hijrah ke Indonesia.
Ø Sedangkan Baraqbah adalah marga gue, jadi di dalam bani alawiah itu terbagi suku suku kecil lagi, naah suku suku kecil itulah yang membentuk marga. Selain baraqbah, marga yang tergabung kedalam Bani Alawiah adalah Assegaf, Alatas, Shahab, Al – Jufri, Mulahella, banyak deh, sekitar 130an. Tapi ga semuanya hijrah ke Indonesia.
Jadi sebenernya nama gue itu Cuma berat di gelar ama nama keluarga. Menyadari hal itu, Ummi abah gue akhirnya memutuskan nama yang cukup simple untuk di pakai dirumah,“Mia”. Pas jaman gue umur 4 tahunan, gue di panggil "meong" sama tetangga tetangga gara - gara kolor gue selalu gambar kucing. *waktu kecil gue selalu pake kolor doang plus sepatu boat kalo kemana mana*
Waktu SD, gue dipanggil si tomboy sama temen temen SD pas di Bangka Belitung. Itu karena pas gue jadi ketua kelas, kerjaan gue bawa bawa penggaris buat ngegaplok temen gue yang brisik waktu ditinggal guru. Haha istigfar deh kalo inget kejadian itu.
Waktu smp, gue dipanggil “Mak Geng” , gara gara itu gue jadi ketua kelas lagi yang isinya reman reman sekolah. Waktu kelas 1 semester 2 gue pindah ke Jakarta, naah dapet panggilan baru lagi! Gue dipanggil “hakim” sama si Aldi dan Panji. Yaa semoga aja kejadian :P Oh iya, pas SMP kelas dua, gue sekelas sama Militus, anak Bima super item dan bertubuh kecil serta bersuara cempreng. Dan sialnya gara gara dia , gue jadi dipanggil “wanita berkumis” ama anak2 cowok sekolah. Kalo di klub basket gue , gue dipanggil ONTA karena pas tanding, mereka pernah ngeliat nyokap gue yang masih arab banget mukanya.
Pas sekolah di SMA 80 jakarta, gue masuk kelas x-7. Di kelas ini, “ CEmil “ menjadi panggilan resmi gue. Mau protes ga bisa, karena sudah terlanjur dipanggil gitu. Dari kelas ini lah, nama “Cemil “ berasal, dan pada akhirnya satu sekolaan manggil begitu. Kalo dia tegaan, nama gue berubah jadi cemilan, kalo ga tegaan sih manggilnya jadi “ CAmil “ , better lah ya. Oh iyaa, pas pertengahan kelas 10, gue pake jilbab dan mengagetkan semua temen temen gue. Jadilah gue dipanggil Bu Haji.
Pas pindah ke SMA 14, nama gue tetep camil, tiba tiba gue jadi geli aja kalo dipanggil mila, kesannya gmana gitu.. Naah di 14 gue masuk kelas Sos 3, disini gue sering dipanggil “ummi” mungkin karena sifat keibuan gue *ihiiiyy*. Anak anak gue banyak disini, ada si Thaul, Ina, asti, ica, Inez, manda, ninis, ocep, qdoets, dll.
Di UI, ga ada lagi temen yang nyiptain nama baru buat gue. Semuanya diambil dari nama nama masalalu. Setiap ada yang nyebut “cemilan” , gue nengok. Setiap bu fully menyebut “ hakim “ , gue pun merasa terpanggil. Dan tiap ada yang manggil onta, gue pun langsung nyaut, “ ya?”.
Tuh kan, intinya nama itu bukan cuma apa yang tertulis di akta kelahiranl lu.. Nama yang di akte itu cuma mempermudah proses hukum kita, itulah sebabnya jaman dulu orang gampang banget ganti nama, sakit dikit, ganti nama, kayak kisahnya andrea hirata.
Tapi dibalik semua ini, sebuah nama bisa jadi sangat berarti ketika namamu menghiasai mana belakangku #eh
Jumat, 30 Desember 2011
Refleksi Akhir tahun
Januari
Bulan liburan. Abah mengajak sekeluarga untuk tinggal di sukabumi beberapa hari. Abah mengajak kami menyusuri gunung gede, menginap disana tapi gagal karena hujan. Di jakarta, tepatnya di Mabit NF mampang, masih berlangsung departemen matematika. Disini aku mendapat keluarga baru ( keluarga nyamuk ) yang sampai sekarang masih akrab dibanding departemen departemen lainnya. Ada Babeh Nyamuk ( kak Doloy ) yang setiap hari galau karena enyak ( kak *Sensor* ) meninggal ke gaplok tangan sendiri. Ada Dennis yang semakin kurus, ada Ardi yang semakin pendiam, ada Iffah, farah, dan revi yang semakin akrab dengan Aku dan pembantu ku karena sering masak bersama dirumah. Jasa Babeh nyamuk sungguh lah besar, dia rela mengajarkan ku yang ( maaf ) sangat lemah matematika ini dari jam 9 Pagi sampe jam 9 malam. Pada akhirnya, nilai matematika ku pun meningkat lumayan signifikan.
Februari
Masa paling kelam di tahun 2011. Malas aku bahas.
Maret
Masalah di bulan februari masih berlanjut.
Bahasan tentang tuhan tiba tiba menjadi banyak di diary ku. Ini efek dari buku bukunya sejarah tuhan, cecilie dan malaikat ariel, dan sebuah film yang aku lupa judulnya. Intinya, pada bulan ini, aku sempat meragukan kehadiran Tuhan sebagai dzat yang agung. buku buku barat tersebut menganggap tuhan hanyalah sebuah kumpulan energi yang kemudian menyebar dan berubah formasi jadi berbagai bentuk, termasuk manusia. Maka, kesimpulan yang saat itu aku ambil adalah manusia itu bagian dari tuhan. Kesimpulan itu lah yang membuatku merasa sombong kepada tuhan saat itu.
Mei
Aku menyebutnya sebagai bulan anugerah. Bagaimana tidak, bulan ini aku mendapat banyak sekali nikmat dari Allah. Minggu pertama, nilai TO NF meroket. Minggu ke-2, tanpa disangka sangka keterima di Fakultas Hukum Universitas Impian melalui jalur rapot, perjuangan di MABIT NF terbayar melalui jalur yang tak sama sekali tak kuharapkan. Minggu ke tiga, ulang tahun dan dikerjain sampe nangis sama temen temen AROMA. Dan minggu ke 4, pas daftar ulang, aku bertemu dengan tita ketika daftar ulang dan masih bersahabat sampai sekarang :). Pada bulan mei ini wisuda sekolah kami diadakan. Sangat berharap dipanggil kedepan karena sebuah prestasi dan itupun terkabul. Aku dua kali dipanggil karena peringkat 2 di kelas dan peringkat 9 di angkatan untuk nilai UANnya. Ga kebayang kalo ummi nunggu capek capek wisuda tapi anaknya ga bikin beliau sedikit bangga.
Juni
Kejadian penting bulan ini cuma 1, Hape diilangin kakak dan beli BB. Terpaksa mengikuti tren pasar itu menyebalkan, tetapi anggap saja kecelakaan. Oh iya! ada lagi yang seru! MABIT RACE! acara nya itu kayak amazing race. Gue dan mabiters lainnya harus keliling jakarta ke 7 tempat dari utara ke selatan dengan budged 25 ribu per orang. Jadilah gue dan yang lainnya ngemis ngemis sama tukang angkot dan bajai untuk dapet diskon.
Juli
Ke Karimun jawa. Bertemu teman teman baru, dari berbagai universitas. yang paling berkesan itu kenalan sama anak2 selam ugm. ada beberapa yang masih kontekan sampe sekarang, alhamdulillahnya banyak ngebantu, apalagi anak fh ugm nya, waktu pas PSAF dan PMH aku nanya soal materi peer essay ama dia mulu. hehe.
Agustus
GATHERING DAY FHUI 2011! Acara ini diprakarsai sama si amir, ainun, dityo, muthi, aku, etc etc. Super rame, estimasi yang yang dateng 15o an, tapi malah sampe hampir 300. mmm
September
Sebenernya bulan agustus september itu ga ada yang ditulis di diaryku. mungkin karena hectic psaf pmh kali ya. sama sekali ga ada tulisan.
Oktober
Keterima di paragita sebagai Alto 1. Super seneng. Bulan bulan UTS, sering banget nginep dirumah muthi, alhasil ngerti banyak soal materi ujian. Oh iya, dibulan ini aku ditolak LKMO sebagai anggota LK2 karena katanya nilai ku tidak mencukupi untuk masuk LK2. Aku protes kenapa aku diberi tugas padahal teman ku , yang bolosnya lebih banyak daripada aku , justru tidak diberi tugas. Karena kesal, aku tidak mengerjakan tugas itu. Alhasil, aku tidak lulus LK2 deh. yaa gapapa sih, mengkaji ilmu hukum tidak harus lewat LK2. Hehe
November
Bulan ini juga banyak memberi pelajaran tentang kepanitiaan dan organisasi. Bulan ini aku menjadi salah satu LO untuk acara sciencesational di fh. Selain itu, aku juga menjadi peserta dalam SKEMA ( sekolah kepemimpinan mahasiswa ) dan menjadi pj baksosnya. Kegiatan nya berupa live in di sebuah desa terpencil di Bogor. SKEMA memberiku banyak pelajaran tentang bersyukur atas pendidikan yang berhasil aku tempuh sekarang. Pengalaman menjadi Tim Sukses calon ketua BEM juga aku dapat di bulan ini. Aku menyimpulkan bahwa sebenarnya aku tidak menyukai politik. Berkecimpung kedalam dunia politik itu membuatmu bergerak tidak leluasa. Takut kehilangan massa, membuat semua gerak mu dipenuhi perhitungan dan analisis sebab akibat yang memuakkan.
Di bulan ini aku bertemu dengan seorang teman yang sudah berkecimpung dengan dunia politik sejak lama. Dia pernah bercerita tentang kegalauannya menghadapi posisi politiknya yang mengkhawatirkan. Aku hanya tertawa dalam hati. Sekaligus mengkasihani dia karena politik telah membuatnya begitu bergantung dengan manusia.
Tapi itu bukan berarti aku apatis terhadap politik, mungkin di tahun 2012 aku pun akan mulai untuk berpolitik, tapi dengan cara ku sendiri, dengan tetap menjadi diri sendiri, bukan bertindak mengikuti "selera pasar".
Tahun ini secara keseluruhan membuat aku bertambah dewasa. Tetapi yang membuatku sedikit kecewa adalah jumlah buku yang aku baca sangat sedikit, tidak sampai 15 buku, hal ini yang membuatku beranggapan bahwa kurva kehidupan dari 2010 ke 2011 itu menurun. Di tahun ini pula aku mendapat banyak teman teman yang menginspirasi.
Aku senang sekali Allah mempertemukan ku dengan Tita, Muthi, Ghozi, Andi, Iqbal, Haikal, dan banyak lainnya. Setiap orang yang kusebutkan tadi memberi pelajaran tersendiri bagi ku. Tita tentang berprestasi, Muthi tentang pemikiran kritisnya, ghozi tentang kepemimpinan, Andi dan Iqbal tentang kemampuan berpolitiknya, Putri tentang kesabaran dan ketangguhannya, serta haikal tentang pengetahuan super luas nya. Khusus buat iffah, tentang kepolosannya, membuat gue merasa ada temennya ngahaha.
Sekian refleksi akhir tahun ini kubuat. semoga tahun depan, lembaran polos tersebut dapat ku isi dengan hal hal bermanfaat amin
Rabu, 23 November 2011
Mengapresiasikan mereka adalah kewajiban
“They don’t appreciate because they don’t know how was your effort – Annisa Karim “
Sea Games baru aja berakhir, selama berlangsungnya seagames, setiap hari pasti ada aja tayangan di TV yang ngeshoot atlet atlet kita yang sedang bertanding. Entah itu pertandingan sepakbola, badminton, atau angkat besi. Semua penonton heboh meneriakkan “Indonesia”. Tapi ditengah sorak sorai penonton yang ikut menyaksikan mereka bertanding , ada gue yang nonton tapi sambil mewek.
Gue mewek karena gue ngebayangin proses latihan seberat apa yang udah mereka lalui untuk sampai ketahap ini. Gue ngebayangin juga efek latihan yang seberat itu untuk fisik mereka dihari tua nanti. Kondisi tulang mereka, otot mereka, pasti bakalan buruk kedepannya. Apalagi buat cewek, latihan yang diporsir bakal banyak membawa dampak buruk buat Rahim mereka. Contoh gampang yang gue liat dengan mata kepala gue sendiri, kakak gue. Kakak gue itu atlet tennis. Waktu smp dia udah menang di batam open, tingkat nasional. Gue tau banget dia latihan kayak apa. Dan pada akhirnya, karena latihan yang terlalu berat menyebabkan dengkulnya cedera. Bukan karena jatoh atau apa, Cuma karena terlalu sering dipake lari. Lari itu suatu keharusan buat atlet. Setau gue, hampir semua cabang olahraga pasti butuh latihan fisik, dan itu biasanya minimal diisi dengan lari. Jadi kebayangkan sebenernya pasti banyak atlet yang ngerasain “pain” kayak yang dialamin kakak gue.
Menurut gue, memilih jalan untuk menjadi atlet itu bener bener sebuah pengabdian. Gue pernah di doktrin sama guru renang gue sebelum bertanding, dia bilang :
“Seletih-letihnya kamu, jangan pernah berhenti untuk terus melaju sampai tangan kamu menyentuh dinding kolam, kalo emang ternyata kamu ga kuat dan pingsan ditengah kolam, ada penjaga kok yang bakal menyelamatkan kamu. Yang penting berjuang!”
Kira kira seperti itulah doktrin yang gue terima setiap ikut pertandingan. Jadi masalah menjadi atlet itu masalah berjuang melawan rasa letih, sakit, dan bahkan rasa mau mati tiap lagi bertanding.
Oh iya, rasa mau mati mungkin menurut lo lebay, tapi gue pernah ngalamin rasa kayak gini. Waktu itu gue ngambil nilai lari buat ujian akhir di sekolah. Karena doktrin guru renang gue masih nempel di otak gue, gue lari dengan nafsunya. Waktu itu gue lari 2,4 kilometer. Untuk ukuran normal temen temen seangkatan gue, jarak segitu ditempuh dengan waktu 20-30 menit, untuk dapet nilai 100 di ijazah, waktu tempuh nya harus paling lambat 18 menit, sedangkan gue lari jarak segitu ngabisin waktu 16 menit. Alhasil gue dapet peringkat pertama cewek seangkatan. Naah pas puteran pertama sampe ke 4 gue masih kuat, tapi pas puteran ke 5 sama ke 6, disitu rasa mau mati mulai berasa. Rasanya itu kayak jantung lo tiba tiba mau meledak, perut lo mual, kepala pusing, dan tiba tiba ingat sama Allah. Haha seolah olah ajal udah didepan mata banget deh.
Balik lagi ke atlet Indonesia, ada satu cabang olahraga yang bikin gue menitikkan airmata pas nonton. Cabang itu adalah cabang angkat besi. Coba deh lo perhatiin muka atletnya pas lagi ngangkat besi, itu tuh miriiis men, miris banget. Mana yang nonton dikit pulak. Cabang lainnya, yaitu bola, kemaren juga sukses bikin gue nangis sambil guling gulingan di ruang tv, alesan pertama yaa jujur sih, gara gara kalah. Tapi alesan kedua yang bikin gue terharu tuh gue ngebayangin seberapa nyeselnya para pemaen timnas kita pas endingnya kalah, di penalty pulak.
Intinya menurut gue, kalo ada yang menganggap biasa prestasi para atlet kita itu artinya mereka belum pernah tahu seberapa berjuangnya atlet atlet kita untuk bisa ngebawa medali. Apalagi kalo sampe ada yang ngatain atlet atlet kita, itu artinya jahaaaat you know, kebangetan.
So, gue berharap, mulai sekarang, sebagai orang yang baik, kita harus mengapresiasi prestasi prestasi atlet atlet kita, karena mengapresiasi mereka akan senantiasa mendorong mereka untuk berprestasi lebih baik lagi.
Senin, 14 November 2011
Inspirasi ku
“Mereka begitu berbeda kecuali dalam cinta”
Ini cerita tentang sesosok wanita hebat yang ada dibelakang ayahku, yang dengan setia menemani setiap langkahnya, mengistiqomahkan hatinya, menjalankan amanah darinya dan menjadi pelindung anak anaknya. Beliaulah Ibu ku. Selama ini, beliau memang jarang menghiasi tulisan tulisan dalam blog ku, atau dalam essai essai ku, namun itu bukan karena ibu ku tidak memberi pengaruh bagi hidup ku, justru beliau lah pembentuk segala karakter, bakat, dan kepribadian dalam diriku. Peranan beliau terlalu banyak, sehingga menyulitkanku ketika ingin menceritakannya dalam rangkaian kata kata.
Umi, begitu aku biasa memanggilnya, adalah ibu yang selalu mengajarkanku tentang nilai nilai kehidupan, seperti bagaimana cara mengahargai orang, bagaimana cara menjadi orang yang menyenangkan, cara meredam emosi, dan cara berhubungan dengan Tuhan. Umiku orang yang paliiing mengerti aku. Beliau tau bakatku dimana, makanan kesukaanku apa, sifat buruk ku apa, dan lain lain. Beliau lah yang memasukkan aku ke klub tennis, klub renang, klub basket, les vokal, dan berbagai les les softskill lainnya. Namun ada satu hal yang sangat tabu untuk jadi bahan perbincangan kami, masalah pria yang aku sukai. Untuk masalah ini , umi seolah menutup telinga.
Aku pernah menceritakan tentang seorang pria yang aku suka pada saat wisuda SMA. Umi ku langsung bilang “ dia jelek , mia ga boleh genit genit”. Sejak saat itu aku tak mau ambil risiko dengan mengambil topik ini sebagai bahan pembicaraan. Topik ini lebih cocok aku perbincangkan dengan Abah.
Kisah cinta mereka menginspirasi diriku hingga kini. Umi bertemu Abah pada masa kuliah. Mereka tergabung dalam sebuah perkumpulan Bani Alawiyyin di Universitas Lampung. Umi pada saat itu adalah seorang mahasiswi Fakultas ekonomi sedangkan Abah mahasiswa Fakultas hukum. Saat itu Abah menjabat sebagai ketua sedangkan umi sebagai bendahara. Umi sangat membenci abah karena abah termasuk orang yang aktif dikampus, sedangkan umi adalah gadis biasa yang lebih sering memilih untuk berlajar atau bersenang senang dengan teman temannya dan cenderung apatis dalam menyikapi perubahan perubahan sosial yang pada masa itu kerap kali terjadi. Umi menganggap Abah adalah pria yang terlalu vokal, terlalu idealis ( sampai saat ini aku tak mengerti kenapa malah hal itu yang dibenci umi ) . Padahal menurutku, justru Abahku yang seperti itu adalah idaman para wanita. Jujur aku pun mengharapkan suami yang “minimal” seperti Abahku.
Perbedaan diantara mereka tidak terbatas pada karakter dan sifat dalam diri mereka, tetapi juga pada lapisan sosial mereka. Abah ku adalah mahasiswa yang sungguh mengenaskan kondisi keuangannya. Beliau tinggal di ujung peta provinsi lampung, pada sebuah pantai yang sampai sekarang pun tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Ayah dari Abah ku adalah seorang PNS yang bertugas mengurusi urusan administrasi kampung tersebut. Oleh karena jabatan kakekku lah ayah ku jadi pintar. Mengapa ? Karena rumah Abah menjadi perpustakaan bagi buku buku untuk daerah tersebut. Abahku telah mengenal sastra sejak kecil, dan sejak saat itu pula beliau mencintai buku.
Berkebalikan dengan umiku yang keluarganya dianggap sebagai keluarga terpandang di Lampung. Keluarga Umiku terpandang karena faktor ekonomi , bukan karena keintelektualan seperti keluaga ayahku. Rumah umiku berada tepat diseberang pasar yang merupakan pusat kota pada masa itu. Umiku merupakan anak dari pengusaha ternama dikota tersebut. Kata Adik dari Abahku, setiap orang kenal siapa kakek ku. Oleh karena itu pernikahan –antar kelas– mereka sempat menjadi perbincangan yang hangat bagi beberapa warga disana.
Abah ku mencintai umi karena kesederhanaan dan kerendahhatiannya. Sedangkan umi mencintai Abah karena Abah memberikan cintanya kepada Umi. Hubungan penjajakan mereka tidak berlangsung lama seperti orang orang pada saat ini sering lakukan. Mereka bertaaruf selama tiga bulan kemudian menikah.
Tapi diantara berbagai perbedaan tersebut banyak juga kesamaannya, seperti keduanya tidak materialistis, menyukai tantangan alam, olahraga, seni dan senang “berbeda” dengan orang lain. Hal ini sepenuhnya menurun kedalam diriku. Yang aku harapkan menurun pula kedalam diriku adalah kisah percintaan mereka. Kisah cinta mereka selalu jadi motivasi terkuatku untuk tidak pernah mencicipi pacaran atau hts an yang kata orang adalah masa paling indah saat remaja. Meskipun aku sangat menyadari, orang sepertiku rentan sekali terjerumus ke hal yang mendekati zina tersebut. Ketika memasuki dunia pernikahan kelak , aku pun berharap dapat menjadi ibu dan isteri seperti ibuku, yang mengayomni dan melayani keluarga dengan sangat professional.
Senin, 24 Oktober 2011
mahasiswa korup
Kamis, 20 Oktober 2011
Gabut Magabut?
Sabtu, 20 Agustus 2011
Syair Perempuan ( written by my beloved sister, Luluq Baraqbah)
yaa kira kira usia 8, 9 tahun..
yah belum lulus sekolah dasar, Abah, panggilanku untuk ayahnda tercinta..
memperdengarkan padaku sebuah lagu yang lirik sangaat menyentuh..
ada getaran yang melambungkan harkat diri ini yang terlahir sebagai seorang permpuan..
dari sebuah kaset hitam kecil,
abah memutarkan lagu ini ..a
ku, kakak, daadik2,bahkan anak tetangga bernama Wodang ikut mendengarkan lagu ini..
aku ingaat sekali..
waktu itu kami semua berada diruang makan
aku dan adikk2ku duduk diatas kursi coklat tua, dan abah duduk di kursi meja makan sambil memeluk ummi.
lagu di perdengarkan
kami ambil sikap konsentrasi
pertama intro dulu
lambat laun..
suara rita effendy sang pelantun mulai menggetarkan ruang makan rumah sederhana kami kala itu..
begini liriknya
Lihatlah ke dalam mata perempuan,
pancaran damai..penyejuk jiwa..
berbaringlah di pelukan pelukan perempuan..
hanyut semua lara duniaa...
hati perempuan menyimpan kasih sayang..
tak sebatas waktu tak kenal usia..
kesabaran perempuan seluas samudera.
ada kelembutan dalam ketegaran perempuan..
ada kelembutan dalam ketegaran..
jiwa perempuan menara kesetiaan..
teman dalam suka,
kawan dalam duka..
hargailah pperempuan sebagaimana kau menghargai dirimu..
cintailah perempuan sebagaimana kau mencintai kehidupan..
begitulah penggalan liriknya..
syair yang sangat membekas dihati, tak hanya membahana di kamar mandi ketika anak anaknya ma
ndi,,
Abahku sangat pandai memilihkan lagu lagu mana yang harus kami dengar..
Abahku sangat jeli mencari buku buku mana yang patut kami baca, mana yang hanya menghabiskan waktu percuma.
Abahku akan mengahabiskan waktu berjam jam di toko kaset video untuk menanyakan konten film yang akan dibelinya untuk kami, membaca review di tiap kemasannya.
Jika masih sanksi dengan konten filmnya, abahku akan menontonnya sebelum kami menontonnya. memastikan apakah ada adegan kekerasan atau percintaan murahan di dalamnya atau nilai nilai yang tak mau abah tanamakan pada kami.
Jika tak sesuai dengan kriteria tontonan yang membangun versi abah, Abah akan bilang " Yang ini jangan di tonton ya nak.."
Ya..abahku akan lebih senang menemani kami nonton wayang dan layar tancep dibanding menghabiskan waktu di mall.
Abahku tidak pernah melarang sembarangan. Abahku selalu memberi pilihan. sebuah pilihan yang argumentatif, namun sedikit memaksa. ya tak apa, disitulah letak otoritas seorang Abah.
Bagi kami di Rumah, Abah adalah Lembaga Sensor dengan kedaulatan tertinggi. dan Ummi adalah penengah yang arif lagi bijaksana.
Sekarang, meski abah jauh bertugas jauh disana, tiap ajaran dari abah, begitu menjejak di hati kami.. sekarng, lambat laun, kami mulai bisa menjadi lembaga sensor bagi diri kami sendiri..meski abah adalah tetap penasehat terhandal tak ada lawan.
Kata abah, karena kita adalah perempuan,bersiaplah menjadi pemilah yang baik, persiapkan denga seksama masa depan. karena hidup itu tidak mudah. dan mejadi perempuan adalah sebuah anugerah,,
Seiring umur bertambah. aku berpikir...Ah betapa beruntungnya Ummi..mendapat suami seperti aAbah.
Betapa beruntungnya Abah mendapat istri seperti Ummi..
Ya Allah, di bulan Ramadhan ini, limpahkanlah rahmat dan kasihmu buat Abah kami tercinta yang sedang bertugas di tempat yang jauh disana
Aku akui, ini adalah pernyataan yang sangat subjektif.
terlalu memihak.
Kau, teman temanku, pasti juga akan menuliskan hal yang baik baik tentang orangtuamu.
ya..mengapa harus malu...tulislah..lalu bacakan tulisanmu di depan mereka..
puji pujilah orangtuamu ...
jadikan tulisanmu sebagai gula gula manis pelengkap berbuka puasa :)
Minggu, 17 Juli 2011
Hello Semaraaaang!!
Sabtu, 25 Juni 2011
AkhirnyaFHUI 2011
Selasa, 31 Mei 2011
film perang china atau eropa?
Selasa, 11 Januari 2011
Baran, untold love story
Baran | |
---|---|
Directed by | Majid Majidi |
Produced by | Majid Majidi Fouad Nahas |
Written by | Majid Majidi |
Starring | Hossein Abedini Zahra Bahrami Mohammad Amir Naji Abbas Rahimi Gholam Ali Bakhshi |
Music by | Ahmad Pejman |
Distributed by | Miramax Films |
Release date(s) | January 31, 2001 |
Running time | 94 minutes |