Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Maret 2012

Ucapkan Kata-katamu (Wiji Thukul)

jika kau tak sanggup lagi bertanya
kau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan

jika kau tahan kata-katamu
mulutmu tak bisa mengucapkan apa maumu
terampas

kau akan diperlakukan seperti batu
dibuang dipungut
atau dicabut seperti rumput

atau menganga
diisi apa saja menerima
tak bisa ambil bagian

jika kau tak berani lagi bertanya
kita akan jadi korban keputusan-keputusan
jangan kau penjarakan ucapanmu

jika kau menghamba kepada ketakutan
kita memperpanjang barisan perbudakan

kemasan-kentingan-sorogenen

Jumat, 24 Februari 2012

Sajak Tjokro

Lelap terus,
dan kau pun dipuji sebagai bangsa terlembut di dunia
Darahmu dihisab dan daging mu dilahap sehingga hanya kulit tersisa.
Siapa pula tak memuji sapi dan kerbau?
Orang dapat menyuruhnya kerja,
dan memakan dagingnya
Tapi kalau mereka tau hak haknya, orang pun akan menamakannya pongah,
karena tidak mau ditindas.
Bahasa mu terpuji halus di seluruh dunia, dan sopan pula
Sebabnya kau menegur bangsa lain dalam bahasa kromo dan orang lain
menegurmu dalam bahasa ngoko
Kalau kau balikkan, kau pun dianggap kurangajar


*ditulis oleh Tjokroaminoto dalam Doenia Bergerak

Kamis, 05 Januari 2012

Hujan itu romantis

Kala hujan
aku rasakan berkah tuhan
yang ia berikan cuma cuma
kepada rerumputan yang menari riang

Kala hujan
aku rasakan kehangatan
karena sup buatan mama
yang ia racik dengan kasihnya


Kala hujan
aku rasakan cinta
karena hanya pada saat itulah
kau dan aku seirama

Rabu, 20 Oktober 2010

aku ingin mencintaimu dengan sederhana

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu…
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada”




Sapardi Djoko Damono

Selasa, 06 April 2010

PRAMOEDYA ANANTA TOER, BUKAN PASAR MALAM

”Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun duyun lahir di dunia dan berduyun duyun pula kembali pulang.. seperti dunia pasar malam. Seorang seorang mereka datang.. dan pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana”

Buku ini menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang hidup ketika zaman penjajahan jepang dan belanda serta kaitannya dengan kelompok merah. Sang ayah adalah seorang nasionalis yang rela mengorbankan segala hidupnya untuk masyarakat blora. Ia adalah seorang guru yang sangat berpengaruh besar dalam mendidik calon calon penerus & pengajar pengajar yang lain. Anda tahu politik etis? Ya, dari salah satu nya di sebutkan belanda memberikan pendidikan kepada orang indonesia. Di blora, ia seringkali dianggap oleh orang awam sebagai penghianat karena rela bekerja untuk sekolah belanda. Padahal toh yang belajar disana orang orang indonesia. Hidupnya sangat miskin walaupun dengan gaji yang besar dikarenakan baik tentara maupun orang yang menyebut diri mereka orang non, setiap hari meminta sokongan uang. Tidak pernah ia tak memberi, walaupun keluarganya kelaparan. Disebutkan disini peran orang tionghoa yang sangat dermawan, sering memberikan uang kepada keluarga itu ketika sang ayah berada di tanah gerilya dan ketika sedang ditawan pasukan merah.
Ia pernah ditawarkan menjadi seorang perwakilan rakyat. Tapi ia menolak mentah mentah tawaran itu. Katanya ia tak sudi menjadi badut, bahkan badut besar.
Pernah pula ia ditawari jadi seorang pengawas sekolah, lagi lagi ia menolak,”tempatku bukanlah di kantor, tempatku ada di sekolah.”
Tetapi, apa yang terjadi ketika Indonesia merdeka? Seorang nasionalis tak diperdulikan, bahkan dibiarkan mati diserang TBC karena tak mendapatkan perawatan di sanatorium yang di khusus kan untuk pegawai tinggi.
Ketika para tamu melayat, banyak sekali orang yang merasa kehilangan. Salah satunya orang tionghoa yang kehilangan teman judi nya.
Disebutkan oleh salah seorang teman sang ayah, menceritakan kepada si anak, bahwa ayah mati dalam lapangan politik. Ia mati karena kecewa melihat keadaan yang berubah drastis sesudah kemerdekaan. Ia kecewa melihat para jendral perang dan sebangsanya berebutan kursi kekuasaan. Dan bagi yang tak dapat kursi kekuasaan, kemudian seolah lari karena tak dapat gaji. Diperburuk dengan datangnya TBC kilat tersebut.

Setelah membaca 2 kali buku ini, saya masih kurang bisa mengerti tentang latar belakang kehidupan si anak serta maksud 99 butir jagung yang di tembaki dari arah timur.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Sriti dot com

Website ini berisi tentang kumpulan carpen top markotop, karangan orang yang mempunyai imajinasi luas dan perasaan yg halus. Jadi, kalo kamu suka baca baca carpen , di situu tempatnyaaa!

Senin, 18 Mei 2009

syukur bella

Gadis itu bernama bella. Terlahir dari keluarga serba berkecukupan. Ia tetap terlihat cantik, walau dibalut dengan sikap angkuh, manja dan egonya. Mama nya selalu mengajarkan untuk berjalan dengan dagu sedikit di angkat, tapi tetap di hiasi senyum menawan.
Bella tak pernah mengerti , mengapa teman teman sekolah nya selalu pusing apabila dimintai uang perpisahan, atau uang untuk beli buku, seragam mereka yang lusuh, sepatu bolong bolong atau kehujanan ketika pergi sekolah. Mamanya selalu membelikan nya seragam dan sepatu baru setiap setengah semester. Juga dengan senang hati mengantar bella setiap hari dengan mobil Harrier nya.Keadaan ini menjadikan bagaikan putri raja ditambah lagi bahwa Bella adalah anak semata wayang. Ia hanya mempunyai dua orang kakak sepupu, kak Andi dan kak Cintya. Sayang nya , kak Cintya sudah menikah ketika bella masih sma. Sedangkan mas andi selang tiga tahun dengan nya.
Bella mempunyai dua orang sahabat sekaligus tetangga nya,emily dan inggo. Inggo satu sekolah dengan nya, tetapi emily tidak. Ia sekolah di international school. Sebenarnya, mama bella sangat menginginkan anak nya bersekolah yang sama dengan emily, tetapi tidak pernah di setujui dengan ayah nya . Agar tidak kuper , kata ayahnya.
Tak kan ada yang menyangka bahwa kelak nya ia akan menjadi seperti ini.
Bermula dari ulang tahun nya yang ke 17, ia mengenal kamera. Ia mendapatkan nya dari inggo dan emily. Mereka berdua menabung selama 3 bulan untuk membelikan bella barang mewah itu. Semoga bermanfaat, kata nya.
Inggo melanjutkan kuliah ke brunai darussalam dengan beasiswa dari tempat bimbel inggo. Sedangkan emily telah di jodohkan dengan anak rekan bisnis ayahnya.
Bella sendiri. Bingung menghadapi permasalahan nya. Ia menelpon inggo, yang sibuk dengan urusan kuliahnya. Ia menelpon emily, yang tengah ber honey moon dengan suaminya.
Bella teringat dengan kamera itu. Ia membukanya, tapi tidak mengerti dengan tombol tombol yang menempel pada kamera itu. Bella memutuskan untuk belajar photographi dan menyukainya.
Bella terus berkarya, walaupun karyanya hanya memoto pembantu pembantu nya yang malu malu. Bi Iyem kerap kali menutupi wajah nya dengan lap makan yang senantiasa menggantung di lehernya. Lama kelamaan Bella jenuh dengan objek objek di rumahnya. Mulai dari jam tangan ibu nya, sampai jepit rambut bi iyem. Sejak itu, ia pun melangkahkan kaki nya keluar rumah, keluar komplek, menelusuri pemukiman belakang kompleknya yang baru ia ketahui. Ia melihat anak kecil yang tampak begitu murung tanpa ada yang berusaha menghiburnya . Bella memotret nya dengan angel yang sangat sempurna. Sepulang ke rumah, ia menikmati hasil potonya. Ia sangat bahagia karena hasil nya sangat memuaskan.
Keesokan harinya, ia bertemu anak itu lagi. Ia pun bertanya padanya anak itu, apa yang sedang ia pikirkan. Anak itu mulai bercerita, sambil menjilati lolipop yang bella beli. Ternyata , anak itu baru di tinggal ayahnya. Biasanya, ketika ibunya pergi bekerja, ayahnya selalu ada di samping nya, bermain, tertawa, dan memeluk nya ketika guntur tiba tiba datang.
Bella sangat terpukul mendengar itu. Ia pun menemani anak itu kemana pun ia pergi. Sejak ada bella, anak itu sedikit melupakan kepedihan di hati nya. Ia terus berjalan, berlari kesana kemari sambil tertawa di temani bidadari baik hati secantik bella. Tanpa henti, bella memainkan kamera nya.
Bella pulang dengan ratusan frame foto kehidupan kaum bawah. Orang orang yang berebutan nasi bungkus, pemulung pemulung berwajah lemas, pengemis yang bersaing dengan sesamanya, penyanyi dangdut keliling dengan sandal nya yang hampir putus. Ahh.. kini Bella mengerti. Bella mengakhiri hari ini dengan memejamkan matanya. Ia tertidur dengan dibaluti rasa syukur yang begitu besar.