Gadis itu bernama bella. Terlahir dari keluarga serba berkecukupan. Ia tetap terlihat cantik, walau dibalut dengan sikap angkuh, manja dan egonya. Mama nya selalu mengajarkan untuk berjalan dengan dagu sedikit di angkat, tapi tetap di hiasi senyum menawan.
Bella tak pernah mengerti , mengapa teman teman sekolah nya selalu pusing apabila dimintai uang perpisahan, atau uang untuk beli buku, seragam mereka yang lusuh, sepatu bolong bolong atau kehujanan ketika pergi sekolah. Mamanya selalu membelikan nya seragam dan sepatu baru setiap setengah semester. Juga dengan senang hati mengantar bella setiap hari dengan mobil Harrier nya.Keadaan ini menjadikan bagaikan putri raja ditambah lagi bahwa Bella adalah anak semata wayang. Ia hanya mempunyai dua orang kakak sepupu, kak Andi dan kak Cintya. Sayang nya , kak Cintya sudah menikah ketika bella masih sma. Sedangkan mas andi selang tiga tahun dengan nya.
Bella mempunyai dua orang sahabat sekaligus tetangga nya,emily dan inggo. Inggo satu sekolah dengan nya, tetapi emily tidak. Ia sekolah di international school. Sebenarnya, mama bella sangat menginginkan anak nya bersekolah yang sama dengan emily, tetapi tidak pernah di setujui dengan ayah nya . Agar tidak kuper , kata ayahnya.
Tak kan ada yang menyangka bahwa kelak nya ia akan menjadi seperti ini.
Bermula dari ulang tahun nya yang ke 17, ia mengenal kamera. Ia mendapatkan nya dari inggo dan emily. Mereka berdua menabung selama 3 bulan untuk membelikan bella barang mewah itu. Semoga bermanfaat, kata nya.
Inggo melanjutkan kuliah ke brunai darussalam dengan beasiswa dari tempat bimbel inggo. Sedangkan emily telah di jodohkan dengan anak rekan bisnis ayahnya.
Bella sendiri. Bingung menghadapi permasalahan nya. Ia menelpon inggo, yang sibuk dengan urusan kuliahnya. Ia menelpon emily, yang tengah ber honey moon dengan suaminya.
Bella teringat dengan kamera itu. Ia membukanya, tapi tidak mengerti dengan tombol tombol yang menempel pada kamera itu. Bella memutuskan untuk belajar photographi dan menyukainya.
Bella terus berkarya, walaupun karyanya hanya memoto pembantu pembantu nya yang malu malu. Bi Iyem kerap kali menutupi wajah nya dengan lap makan yang senantiasa menggantung di lehernya. Lama kelamaan Bella jenuh dengan objek objek di rumahnya. Mulai dari jam tangan ibu nya, sampai jepit rambut bi iyem. Sejak itu, ia pun melangkahkan kaki nya keluar rumah, keluar komplek, menelusuri pemukiman belakang kompleknya yang baru ia ketahui. Ia melihat anak kecil yang tampak begitu murung tanpa ada yang berusaha menghiburnya . Bella memotret nya dengan angel yang sangat sempurna. Sepulang ke rumah, ia menikmati hasil potonya. Ia sangat bahagia karena hasil nya sangat memuaskan.
Keesokan harinya, ia bertemu anak itu lagi. Ia pun bertanya padanya anak itu, apa yang sedang ia pikirkan. Anak itu mulai bercerita, sambil menjilati lolipop yang bella beli. Ternyata , anak itu baru di tinggal ayahnya. Biasanya, ketika ibunya pergi bekerja, ayahnya selalu ada di samping nya, bermain, tertawa, dan memeluk nya ketika guntur tiba tiba datang.
Bella sangat terpukul mendengar itu. Ia pun menemani anak itu kemana pun ia pergi. Sejak ada bella, anak itu sedikit melupakan kepedihan di hati nya. Ia terus berjalan, berlari kesana kemari sambil tertawa di temani bidadari baik hati secantik bella. Tanpa henti, bella memainkan kamera nya.
Bella pulang dengan ratusan frame foto kehidupan kaum bawah. Orang orang yang berebutan nasi bungkus, pemulung pemulung berwajah lemas, pengemis yang bersaing dengan sesamanya, penyanyi dangdut keliling dengan sandal nya yang hampir putus. Ahh.. kini Bella mengerti. Bella mengakhiri hari ini dengan memejamkan matanya. Ia tertidur dengan dibaluti rasa syukur yang begitu besar.
Things I Wish I Did in My Twenties
2 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar