yaa kira kira usia 8, 9 tahun..
yah belum lulus sekolah dasar, Abah, panggilanku untuk ayahnda tercinta..
memperdengarkan padaku sebuah lagu yang lirik sangaat menyentuh..
ada getaran yang melambungkan harkat diri ini yang terlahir sebagai seorang permpuan..
dari sebuah kaset hitam kecil,
abah memutarkan lagu ini ..a
ku, kakak, daadik2,bahkan anak tetangga bernama Wodang ikut mendengarkan lagu ini..
aku ingaat sekali..
waktu itu kami semua berada diruang makan
aku dan adikk2ku duduk diatas kursi coklat tua, dan abah duduk di kursi meja makan sambil memeluk ummi.
lagu di perdengarkan
kami ambil sikap konsentrasi
pertama intro dulu
lambat laun..
suara rita effendy sang pelantun mulai menggetarkan ruang makan rumah sederhana kami kala itu..
begini liriknya
Lihatlah ke dalam mata perempuan,
pancaran damai..penyejuk jiwa..
berbaringlah di pelukan pelukan perempuan..
hanyut semua lara duniaa...
hati perempuan menyimpan kasih sayang..
tak sebatas waktu tak kenal usia..
kesabaran perempuan seluas samudera.
ada kelembutan dalam ketegaran perempuan..
ada kelembutan dalam ketegaran..
jiwa perempuan menara kesetiaan..
teman dalam suka,
kawan dalam duka..
hargailah pperempuan sebagaimana kau menghargai dirimu..
cintailah perempuan sebagaimana kau mencintai kehidupan..
begitulah penggalan liriknya..
syair yang sangat membekas dihati, tak hanya membahana di kamar mandi ketika anak anaknya ma
ndi,,
Abahku sangat pandai memilihkan lagu lagu mana yang harus kami dengar..
Abahku sangat jeli mencari buku buku mana yang patut kami baca, mana yang hanya menghabiskan waktu percuma.
Abahku akan mengahabiskan waktu berjam jam di toko kaset video untuk menanyakan konten film yang akan dibelinya untuk kami, membaca review di tiap kemasannya.
Jika masih sanksi dengan konten filmnya, abahku akan menontonnya sebelum kami menontonnya. memastikan apakah ada adegan kekerasan atau percintaan murahan di dalamnya atau nilai nilai yang tak mau abah tanamakan pada kami.
Jika tak sesuai dengan kriteria tontonan yang membangun versi abah, Abah akan bilang " Yang ini jangan di tonton ya nak.."
Ya..abahku akan lebih senang menemani kami nonton wayang dan layar tancep dibanding menghabiskan waktu di mall.
Abahku tidak pernah melarang sembarangan. Abahku selalu memberi pilihan. sebuah pilihan yang argumentatif, namun sedikit memaksa. ya tak apa, disitulah letak otoritas seorang Abah.
Bagi kami di Rumah, Abah adalah Lembaga Sensor dengan kedaulatan tertinggi. dan Ummi adalah penengah yang arif lagi bijaksana.
Sekarang, meski abah jauh bertugas jauh disana, tiap ajaran dari abah, begitu menjejak di hati kami.. sekarng, lambat laun, kami mulai bisa menjadi lembaga sensor bagi diri kami sendiri..meski abah adalah tetap penasehat terhandal tak ada lawan.
Kata abah, karena kita adalah perempuan,bersiaplah menjadi pemilah yang baik, persiapkan denga seksama masa depan. karena hidup itu tidak mudah. dan mejadi perempuan adalah sebuah anugerah,,
Seiring umur bertambah. aku berpikir...Ah betapa beruntungnya Ummi..mendapat suami seperti aAbah.
Betapa beruntungnya Abah mendapat istri seperti Ummi..
Ya Allah, di bulan Ramadhan ini, limpahkanlah rahmat dan kasihmu buat Abah kami tercinta yang sedang bertugas di tempat yang jauh disana
Aku akui, ini adalah pernyataan yang sangat subjektif.
terlalu memihak.
Kau, teman temanku, pasti juga akan menuliskan hal yang baik baik tentang orangtuamu.
ya..mengapa harus malu...tulislah..lalu bacakan tulisanmu di depan mereka..
puji pujilah orangtuamu ...
jadikan tulisanmu sebagai gula gula manis pelengkap berbuka puasa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar